Pasar waspada saat Trump wacanakan tarif rekor untuk impor dari Tiongkok
Amerika Serikat tampaknya bersiap untuk meningkatkan eskalasi perang dagang secara drastis dengan Tiongkok. Presiden Donald Trump dikabarkan tengah mempertimbangkan kenaikan tarif atas barang-barang asal Tiongkok hingga level mengejutkan 245%—sebuah langkah yang membuat analis dan investor tercengang.
Menurut para pakar pasar, sikap resistif Tiongkok terhadap kampanye proteksionis Trump berpotensi memicu babak baru dalam konflik dagang antara dua ekonomi terbesar dunia. Kini, banyak pengamat pasar khawatir tarif akan melonjak dari level saat ini sebesar 145% menjadi 245%, angka yang disebut dalam pernyataan terbaru Gedung Putih terkait rencana penerbitan executive order baru. Instruksi tersebut menyerukan peninjauan terhadap dampak impor mineral terhadap keamanan nasional AS.
Sampai saat ini, Washington belum pernah mengisyaratkan rencana kenaikan tarif setajam itu. Jika angka ini benar, maka ini akan menjadi lompatan tarif paling drastis yang pernah dilakukan. Sebelumnya, pemerintahan Trump menaikkan tarif secara bertahap: 34%, 50%, dan 41% dalam beberapa putaran—namun belum pernah sekaligus mencapai kenaikan 100 poin persentase.
Tiongkok, di sisi lain, tetap bersikap tegas. Beijing menegaskan bahwa setiap kenaikan tarif lebih lanjut harus memiliki batas, dan mencatat bahwa tarif sebesar 125% yang saat ini dikenakan atas produk AS sudah cukup tinggi untuk secara efektif menghalangi akses pasar secara normal.
Pernyataan Gedung Putih yang menyebut potensi tarif 245% tersebut juga memuat ancaman akan diberlakukannya tarif baru terhadap bahan baku tertentu, termasuk mineral tanah jarang (rare earth minerals) dan uranium. Presiden Trump dilaporkan sedang mendorong peningkatan produksi dalam negeri untuk komoditas-komoditas ini guna mengurangi ketergantungan AS terhadap impor.